Pelangi di bumi Lundayeh
INDONESIA | Tuesday, 8 March 2011 | Views [1039]
Krayan adalah salah satu kecamatan di kabupaten Nunukan, Kalimantan
timur yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia.. Lundayeh
adalah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Krayan dan sebagian
wilayah serawak, malaysia... satu suku, satu bahasa, tapi beda
negara...hehehe...
Berada di ketinggian hampir 1000 mdpl, membuat
Krayan seolah terisolasi dari Indonesia, karena wilayah ini hanya bisa
diakses melalui jalur udara. Itupun hanya pesawat kecil jenis cesna atau
cassa saja yang bisa mendarat disana. maskapai penerbangan dari Tarakan
ada Susi air dan MAFF..
Belum ada jalur darat yang tembus
kesana. Bisa jadi, akses yang sulit dan menantang itulah yang berkesan
buat saya.. Entah kenapa, saat 3 tahun lalu kesana, saya punya feeling
bakal balik lagi ke Krayan...dan kesempatan itu datang awal november
kemarin.. 12 hari di krayan untuk syuting program anak Cita-citaku..
suasana
Krayan desa Long Bawan nggak beda jauh dengan 3 tahun lalu..hanya saja
sekarang lebih ramai dan lebih banyak mobilnya.. mobil yang bisa jalan
disini cuma jenis mobil dengan double gardan..soalnya kondisi jalan
antar desanya bener2 aduhaii...bisa ajojing di mobil dah...mobil-mobil
itu dibeli dari Malaysia, begitu juga sebagian motor yang ada disana,
juga dari Malaysia.. plat nomernya aja masih plat nomor Malaysia.. tapi
ya gimana lagi.. mobil Indonesia ga mungkin masuk sana..mau diangkut
pake apa??
oiya, kalo soal jalan..ada penurunan..alias lebih
jelek..terutama jalur dari desa long bawan (desa kecamatan) ke desa long
midang (desa terakhir di perbatasan), yang jaraknya sekitar 10 km..
kalo dulu cuma ada 1 jalan rusak parah sepanjang 100 meter, yang membuat
kami harus angkat motor buat lewatin itu jalan..tapi kalo sekarang, ada
4 atau 5 spot jalan jelek sepanjang 100-200 meter yang bikin saya harus
turun dari boncengan sepeda motor dan jalan kaki kalo mau selamat.. :D
...kalau musim hujan, mereka bilang "jahat betul jalannya"
meskipun
tergolong dekat, akses menuju desa Ba'kelalan Malaysia juga ngga
mudah..dari desa Long Midang (desa terakhir di perbatasan) jaraknya
hanya sekitar 4-5 km.. bisa ditempuh dengan jalan kaki selama 2 jam atau
4 jam pp.. kalau dari desa Long Bawan jaraknya sekitar 15 km
aja..biasanya tiap pagi ojek barang antar negara berangkat ke desa
Ba'kelalan untuk belanja barang kebutuhan pokok,bbm, dll..kalau musim
panen tiba, mereka juga membawa beras hasil panen untuk dijual di
Bakelalan. jalan lintas antar negara ini lebih aduhai lagi kondisinya...
apalagi kalau musim hujan.. wedeeww... mantaps banget.. naik turun
bukit..jalanan lumpur..lewat sungai.. lengkap... pokoknya para crosser
handal nasional itu kalah deh... para ojek barang ini harus lewat jalan
jahat sambil bawa barang dagangan yang nggak sedikit (diboncengan
belakang dan di bagian depan)..mereka juga harus membayar pungutan di
gate (pintu gerbang) desa punakelalan sebesar 5 RM sekali masuk-keluar
melalui desa itu..
nggak heran kalau harga bensin di long bawan
normalnya 12ribu aja perliternya... kalau cuaca buruk, hujan terus
menerus, bensin bisa mencapai 30ribu perliter..bahkan di desa long layu
(yang jaraknya 2 hari jalan kaki) harga bensin bisa mencapai 75ribu saat
cuaca buruk...keren yak?? hehehe...
meskipun sulit diakses, Krayan punya sejuta pesona... tiga diantaranya membuat saya kembali terbang ke sana...
1.
Garam Gunung...pepatah garam di laut asam digunung ga berlaku disini...
soalnya Krayan juga penghasil garam gunung, yang diproses secara
alami.. ada beberapa desa yang memiliki sumur air asin dan tempat
pengolahan garamnya.. "garam tusu' abuh" dalam bahasa Lundayeh artinya
garam halus seperti abu.. proses pembuatannya unik..air asin dari sumur
dimasak dalam bekas drum, sampai airnya berkurang dan hanya tersisa
butiran halus garamnya..kemudian garam yang masih basah dicetak dalam
batang bambu.. garam dimasukkan ke dalam batang bambu yang sudah diberi
lubang kecil di dasarnya. jadi air bisa keluar lewat lubang
tersebut..kemudian garam dalam bambu di panggang sampai bambunya
hangus..jadilah garam tercetak bentuk batangan seperti bambu. setelah
dibersihkan dari kulit bambunya, garam batangan dibungkus daun dan
diikat dengan akar tanaman.. nah..sayangnya garam tusu' abuh ini hampir
semuanya dijual ke Malaysia..kalaupun ke Indonesia, biasanya karena
pesanan.. (episode ini akan tayang di program Cita-citaku Trans7 tgl 25
Nov 2010 pk. 13.30 WIB)
2. kerajinan tangan topi rong basung dan
sandal dari rumput hutan... topi unik khas Lundayeh ini terbuat dari
daun pandan hutan yang sudah dikeringkan dan dilapisi lilitan lidi dari
pelepah sejenis pohon kelapa..lidi panjang diberi pewarna dari bahan
alami, dedaunan dari hutan yang menghasilkan warna merah dan ungu serta
kunyit untuk warna kuning...
sandal rumputnya juga unik..terbuat dari
rumput hutan yang dibelah dan dikeringkan... lalu dibuat jadi tali
panjang... tali rumput ini juga diberi pewarna alami.. dasar sandal juga
terbuat dari daun pandan yang dikeringkan, kemudian di beri lapisan
plastik terpal supaya tahan air.. lalu bagian atas dilapisi dengan tali
rumput...lagi-lagi dua hasil kerajinan itu lebih banyak dijual ke
Malaysia.. topi rong basung biasa dipesan untuk acara pernikahan atau
pesta..
3. Peta bau (topi dari manik tanah liat).. Kerajinan ini
sudah langka..hampir ditinggalkan karena sekarang sudah banyak manik2
buatan pabrik.. tapi saya beruntung, masih menemukan seorang nenek yang
bisa membuatnya.. Peta bau, atau hiasan kepala dari manik tanah liat
biasa digunakan saat acara adat..dulunya peta bau juga menjadi aksesoris
sekaligus penanda status sosial penggunanya..
4. beras adan...
ini dia jawaranyaa... the highly recomended rice from Krayan... berasnya
pulen kecil enak banget... dan yang pasti dijamin sehat, karena proses
penanamannya yang alami dan tanpa pupuk kimia sama sekali... selesai
panen, biasanya petani lepaskan kerbaunya di sawah...jadi ya kotoran
kerbau itulah yang jadi pupuknya..kemudian barulah sawah
ditanami..setelah ditanami, biasanya sawah ditinggalkan begitu saja
sampai tiba waktu panen.. sayangnya beras adan ini juga lebih banyak
dikonsumsi orang Malaysia dan Brunei Darussalam.. dan sayangnya pula,
waktu kesana kemarin belum masa panen, jadi ga bisa bawa banyak
berasnya...hehehe...
5. Kuliner khas Lundayeh juga ga kalah
seru.. ada samu' atau telu' (bahan makanan yang diawetkan dengan
fermentasi garam dan nasi), ada luba' laya (nasi lembek, mirip lontong),
sayur tengayen yang berlendir tapi gurih (dari daun tumbuhan dekat
sungai), sayur pucuk daun pakis, sayur umbut dari tanaman hutan (ga tau
nama tanemannya, lupa nanya) umbutnya dimasak/dibakar dalam bambu, ada
nasi suk ngang (nasi yang dimasak dalam kantong semar), dll
6.
Krayan juga punya tempat peninggalan sejarah..diantaranya kuburan
batu..sayangnya, 2 kali kesana blom sempat juga lihat kubur batunya..
7. Hutan lebat dan adventure road yang menyiksa tapi bikin ketagihan...hehehe...
8. Malam sunyi dengan backsound mesin genset...hehehe... listrik cuma ada 6 jam aja..dari jam 6 sore sampai jam 12 malam...
9.
Sinyal GSM yang suka-suka...maksudnya suka ada, suka ilang...tapi lebih
banyak ilangnya sih, terutama kalo lagi hujan.. jangan harap ada
sinyal...kalo di desa Long midang.. kalo mau dapet sinyal, harus
nongkrong di deket pager sekolah... ato di tengah lapangan..hehehe...
Sore
itu..pesawat cassa AL membawa kami kembali ke Tarakan.. diiringi dua
pelangi dan membawa beribu kenangan tentang negeri para Lundayeh...
12
hari sudah bersama anak-anak Lundayeh yang luar biasa...menyusuri desa
Long Bawan, Long Midang, Long Api, Trang Baru (semua jaraknya relatif
dekat) dan yang terjauh, melintas batas negara ke desa Ba'kelalan
Malaysia..perjalanan tugas kali ini membuat saya makin kagum dengan
orang-orang yang tinggal di desa perbatasan terpencil.. dengan segala
keterbatasan akses dan harga yang mahal, mereka tetap semangat...
semangat mencintai Indonesia..