Lawang Sewu dibangun pada tahun 1904, dan bernama asli perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS. Awalnya Lawang Sewu dijadikan pusat perkereta apian di kota Semarang, mengingat pada zaman kolonial Belanda pusat peradaban perekonomian di pulau Jawa terletak di Jawa Tengah.
Melihat dari umurnya yang hampir satu abad, Lawang Sewu memiliki cerita tersendiri dari kemegahan yang disuguhkan. Terdiri dari tiga bangunan, dimana bangunan paling utara dari pintu masuk menjadi pusat dari Lawang Sewu, memberikan suguhan cerita mulai dari kekayaan arsitektur bangunan sampai kisah misterinya yang sudah sangat tersohor.
Kembali pada perjalanan saya menyusuri Lawang Sewu. Pertama-tama saya diajak Bapak Kuncen menuju bangunan utama. Suasana gelap, dan sambutan dari beberapa kelelawar yang keluar dari gedung menambah aroma mistis. Kami pun dibawa menuju lantai dua. Saat itu saya mulai merasa aneh, bulu kudug saya merinding, padahal saat itu saya tidak sendiri, ada Radhit dan Bapak Kuncen. Hawa panas mulai saya rasakan, padahal seluruh jendela yang ada saat itu dalam keadaan terbuka, dan jika dipikir secara logika mana ada gedung dengan rancangan plafon tinggi, lantai terbuat dari marmer asli, dan semua jendela dalam keadaan terbuka yang memberikan ruang gerak bagi udara keluar masuk memiliki hawa yang sangat panas, selain itu bawa anyir pun mulai saya rasakan.
Pak Kuncen mulai mengajak kami menyusuri anak tangga yang hendak menghubungkan kami ke lantai tiga, namun baru menapaki anak tangga ketiga saya langsung berkata "Maaf Pak, saya sara kita ke bawah aja, gak usah ke atas, merinding!!". Saat itu saya belum tahu sejarah di lantai tiga apa, tapi saya merasakan hawa yang mulai membuat saya merasa tidak nyaman.
Setelah turun, Pak Kuncen baru mengatakan pada kami bahwa pada saat zaman kolonial Jepang, gedung ini disalahgunakan sebagai gedung pembantaian, dan lantai tiga tadilah yang digunakan sebagai gedung pembantaian.
Pak Kuncen pun mengajak saya menyusuri lorong di lantai satu, terlihat tidak terurus karena pada gedung utama ini belum terjadi pemugaran, Pak Kuncen menawarkan kami menyusuri ruang bawah tanah yang konon lorong terpanjang di pulau Jawa karena menghubungkan Lawang Sewu dengan musium yang ada persih di seberang Tugu Muda, Semarang.
Bau anyir dari uap air yang tersimpan di dalamnya membuat saya dan Radhit mengurungkan niat kami untuk menjelajah, terlebih saya teringat sebuah kisah nyata yang lahir dari salah satu acara uji nyali di sebuah stasiun TV. Sebuah penampakan hantu kuntilanak yang cukup jelas dan lama, konon kabarnya kuntilanak tersebut mengikuti si peserta sampai rumah dan terus menerornya sampai akhirnya meninggal, Wallahualam benar atau tidaknya. Ini dia videonya Uji Nyali Lawang Sewu. Malam Jumat kemarin, saya dan beberapa teman saya di twitter sibuk membicarakan tentang kemistisan cerita Lawang Sewu. Mulai dari si Faizin yang membenarkan adanya ketidakmunculan si pohon besar, Yogi yang sempet lihat kuntilanak, kolonel-kolonel di lantai 3 setelah mata batinya dibuka, dan yang terakhir Anjani yang kameranya berhasil mengabadikan beberapa penampakan padahal dia ngambilnya siang bolong. Bahkan temennya Radhit pun pernah diikutin kuntilanak sampai ke kostannya .
Gedung sebesar ini hanya memiliki 3 kamar mandi yang terletak di setiap ujung gedung, kebayang dong rasanya zaman dulu kalo sudah kebelet seperti apa. Oh iya di gedung yang saat ini sedang dipugar, ada satu ruangan yang dulunya tempat istrinya si Menir ketua dari NIS untuk makan malam, di atas mejanya dulu selalu ada Bunga Sedap Malam, nah saat pemugaran, arsiteknya didatangi lewat mimpi dan meminta agar setiap harinya diletakkan beberapa batang bunga sedap malam, dan hal ini wajib loh.
Keberadaan cerita mistisnya pun dibenarkan oleh Pak Kuncen yang tidak berani mengelilingi Lawang Sewu sendiri, yaa ampun pak, bapak aja gak berani apalagi saya orang baru di Semarang. Parahnya pas saya pulang ke kostan Radhit, kita nemuin hal janggal yakni, Tv kamarnya Radhit nyala sendiri padahal kostannya kosong.
Ya terlepas dari kemistisan Lawang Sewu, setuju atau tidak kalo gedung ini menurut saya gdeung termahal loh di Semarang. Gak Percaya??? Ayok cek yuk :
Gedung rancangan Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag, memiliki rancangan tiang pondasi tanpa adanya pengecoran menggunakan beton, artinya jumlah batu kali yang digunakan lebih banyak, dan seluruh batu kali itu ditangkan dari Gunung Merapi, plafonnya sendiri terdiri dari ukiran Kayu Jati nomor 1, tau dong Kayu Jati harga perbaloknya saja bisa mencapai puluhan juta, kaca patri sebagai ornamen dianggap kaca patri termewah pada zaman itu yang didisain khusus dengan filosofi kejayaan kereta api pada saat itu, sedangkan batu bata yang bisa melengkung nomor 3 didatangakan langsung dari Belanda dan harganya saat ini Rp 600.000 per batang, lalu bagaimana dengan lantai marmernya??? Ini lantai marmer asli yang super dingin, coba cek berapa harga marmer saat ini. Yaaa paling gak Indonesia bangga punya Lawang Sewu sebagai aset negara yang patut dilestarikan.
Selain itu kalo mau sewa Lawang Sewu untuk Prawedd juga bisa, harganya Rp 600.000 lengkap dengan kuncen, bahkan katanya sewa beberapa ruangan Lawang Sewu untuk shooting Ayat-ayat cinta dibandrol Rp 60.000.000 perjam loh, wowwww !!! Nah Lawang Sewu ini sekarang dikelola oleh PT KAI (Kereta Api Indonesia) sebagai musium perkereta apiaan ke-2 di Semarang setelah Musium Ambarawa.
Saya bersyukur, karena setelah saya lihat beberapa kali foto-foto yang saya ambil dalam keadaan normal walafiat.